
Keluarga seharusnya menjadi tempat yang paling aman di dunia bagi semua penghuninya. Namun, sayang pada kenyataannya ada kekerasan yang dilakukan didalam rumah, pada umumnya dilakukan oleh kepala keluarga kepada istri dan anak-anaknya.
Kekerasan di dalam bahasa Inggris didefinisikan dalam dua istilah yaitu violence dan abuse. Violence adalah tindakan yang dilakukan untuk menimbulkan gangguan fisik (melukai) seseorang, misalnya: memukul, mendorong, menggigit atau melemparkan barang-barang. Sementara abuse adalah penyalahgunaan kekuasaan, dimana orang yang lebih berkuasa berusaha untuk mengendalikan orang yang kurang memiliki kekuasaan atau tidak berdaya.
Kekerasan didalam keluarga mengacu pada abuse, umumnya pelaku kekerasan adalah kepala rumah tangga yang secara fisik maupun mental lebih berkuasa daripada istri dan anak-anaknya. Dalam banyak keluarga penyintas kekerasan, ibu dan anak-anak yang tidak berdaya harus menelan kekerasan di dalam rumah nyaris setiap hari dan sayangnya masih banyak orang tidak percaya bahwa kekerasan bisa terjadi di dalam rumah, sehingga tidak percaya jika mendengar ceritanya. Sementara bagi ibu dan anak-anak penyintas kekerasan, menceritakan perilaku ayah, sang pelaku kekerasan adalah aib, karena beliau adalah kepala keluarga. Itulah sebabnya walaupun kekerasan di dalam keluarga telah setua usia manusia di dunia, sampai saat ini masih terus terjadi.
Kekerasan di dalam keluarga diturunkan, bukan lewat DNA, tetapi lewat sistem nilai keluarga, sesuatu yang dilakukan oleh buyut, kakek dan orangtua, tentu juga akan dilakukan oleh anaknya. Buyut, kakek, ayah kemudian menjadi model bagi anak laki-laki pada saat dia berperan sebagai ayah. Dalam melakukan tindak kekerasan, biasanya pelaku juga mengancam pada korban, sehingga korban jadi takut untuk menceritakannya pada siapapun.
Abuse pada anak (child abuse) dan pada istri (spouse abuse) bisa mencakup physical abuse, verbal abuse, sexual abuse, emotional abuse dan social abuse.
Physical abuse
Physical abuseatau penganiayaan fisik adalah semua tindakan yang
sengaja dilakukan untuk melukai, misalnya memukul, menjambak, menampar, meninju,
menyudut dengan rokok, sampai menusuk dengan alat, bisa disertai dengan atau
tanpa verbal abuse.
Verbal Abuse
Verbal abuse adalah penganiayaan dengan menggunakan kata-kata yang merendahkan, menghina, mengancam, memberikan label negatif, memaki, mengucapkan kata-kata kotor, membentak sampai berteriak-teriak.
Emotional Abuse
Emotional abuse atau penganiayaan emosional adalah tindakan mengurangi afeksi, cinta dan penerimaan. Sering berbentuk verbal abuse atau ancaman akan meninggalkan.
Sexual Abuse
Sexual abuse adalah penganiayaan seksual mencakup eksploitasi seksual
yang tidak diinginkan oleh korban. Bisa pasif seperti memaksa korban menonton
film porno, bisa aktif berbentuk sentuhan, atau memaksa korban untuk melakukan
kegiatan seksual seperti persetubuhan.
Social Abuse
Social abuse adalah penganiayaan sosial mencakup larangan untuk bergaul dengan keluarga, teman dekat atau tetangga. Korban bisa disekap atau dikurung didalam rumah sehingga tidak bisa ketemu dengan siapapun kecuali atas ijin pelaku.
Mengapa Abuse Terjadi?
1.Kondisi
sosial yang berkaitan dengan abuse, antara lain adanya tradisi budaya
yang mengatakan bahwa suami adalah pemimpin keluarga yang wajib mendidik anak
dan istrinya, ketidaksetaraan peran gender, perempuan diposisikan
sebagai mahluk lemah dan tergantung pada laki-laki.
2. Kepribadian pelaku, melalui berbagai penelitian terbukti bahwa pelaku biasanya adalah korban dari kekerasan pada masa anak, pelaku adalah orang temperamental, kurang bisa mengendalikan emosinya, ada kemungkinan pelaku orang yang tertekan dan tidak mampu mengatasi tekanannya sehingga menyalurkan tekanannya pada pihak yang lebih lemah.
Apa Dampak Kekerasan di Dalam Rumah Tangga?
· Kekerasan
pada anak menyebabkan anak belajar bahwa kekerasan adalah perilaku normal dan
merupakan cara untuk memecahkan masalah. Di masa yang akan datang, jika ia
sudah menjadi orangtua, ia akan mengulangi perilaku yang sama.
· Kekerasan merusak secara fisik maupun psikis, korban bisa mengidap penyakit kronis yang serius, depresi, penurunan harga diri, apatis, kehilangan kepercayaan pada orang, mimpi buruk, rasa bersalah, rasa rendah diri, pesimis, rapuh, introvert dan rasa tidak berdaya.Korban seringkali memperlihatkan tanda-tanda PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
Nah, hari ini, 25 November, kita merayakan Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Semoga wawasan mengenai jenis-jenis kekerasan dalam rumah tangga ini bisa membantu Mommies memahami lebih jauh tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan harapannya mampu dan berani untuk mencari bantuan untuk diri sendiri dan memberikan dukungan untuk orang-orang terdekat yang mengalaminya.