
Sering kali ketika si Kiddo menggunakan gadget ia akan betah lama-lama
berada di depan layar handphone, terlihat asyik sendirian akan
cenderung mengabaikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini
ditambah lagi dengan pemberitaan mengenai bahaya kecanduan gadget,
serta dampak penggunaan gadget terhadap kemampuan bersosialisasi
anak-anak tentunya membuat banyak Mommies dan Daddies khawatir.
Seminar “Betulkah Gadget Mengganggu Sosialisasi Anak” yang
berlangsung hari Sabtu (14/12) di Happynests, Surabaya lalu mengupas
tuntas permasalahan ini dengan menjawab berbagai kegelisahan orang
tua terkait perilaku anak bermain gadget.
Bolehkah Anak-anak Bermain Gadget?
Sebenarnya keputusan untuk memperbolehkan anak bermain gadget
atau tidak ada di tangan kedua orang tua. Pun, tidak ada panduan umur
yang paling tepat, tergantung kesiapan orang tua saja mengelola perilaku
anaknya saat bermain gadget. Mommies dan Daddies bisa memberikan
izin si Kiddo menggunakan gadget apabila sedang tidak bisa menguasai
situasi dan tidak bisa menemani si Kiddo bermain.
Bagaimana Supaya Anak Tidak Berlama-lama Bermain Gadget?
Seorang anak bisa betah berlama-lama bermain gadget karena ada
banyak pilihan yang didapatkan dari dalamnya, jadi anak tidak cepat
bosan. Jika mau anak tidak bermain gadget lama-lama, batasi konten
yang ada di dalamnya supaya ia akan cepat bosan. Selain itu, kalau
orang tua ingin dapat mengatur perilaku anak bermain gadget, pastikan
orang tua memposisikan gadget bukan sebagai milik anak, tetapi sebagai
milik orang tua yang dipinjamkan ke anak. Dengan begitu, orang tua bisa mangatur syarat peminjaman gadgetnya.
Bagaimana Supaya Anak Lebih Aktif Bergerak?
Anak butuh bergerak dan yang ia butuhkan sebenarnya hanyalah alat
main yang bisa memfasilitasinya untuk bergerak. Urutan kebutuhan
geraknya adalah kaki, tangan, mulut. Jadi, kalau ia berada di situasi di
mana ia bisa menggerakkan kaki (contoh: berlari atau melompat), ia akan
melakukan itu terlebih dulu. Tapi, dalam kondisi tertentu, orang tua
membatasi gerak kaki anak-anaknya, misalnya saat duduk di mobil. Tidak
mungkin anak lari-lari di mobil. Jadi, perlu dicarikan alternatif kegiatan
yang membuat dia bisa menggerakkan tangan (contoh: menggambar,
bermain busy cubes, dll). Kalau menggerakkan tangan pun sedang tidak
mungkin, maka pilihan lainnya adalah untuk si Kiddo bisa menggerakkan
mulut (contoh: menyanyi atau mengunyah).
Kalau gadget selalu ditawarkan kepada anak sebagai alternatif aktivitas
gerak, maka ia pun akan terbiasa dan nyaman dengan aktivitas itu. Maka,
kalau si Kiddo memang belum terbiasa bergerak, seharusnya biarkan si
Kiddo untuk menggerakkan kaki, tangan dan mulut dengan bebas dulu,
sebelum mengenalkan aktivitas yang minim gerak, seperti bermain
gadget.
Apakah Bermain Gadget Bisa Menimbulkan Masalah Perilaku?
Banyak orang tua yang khawatir saat anak mengkonsumsi konten
tertentu, seperti kekerasan, maka anak akan lebih suka melakukan
kekerasan di lingkungannya. Sebenarnya, kekuatan konten dalam
membentuk perilaku tidak sekuat itu. Lebih mungkin ketika anak suka
dengan sesuatu bukan semata-mata ia terpengaruh dari konten yang ia
lihat di gadget melainkan jika ia berada di lingkungan dengan kondisi
tertentu ia akan memaknai konten tersebut sebagai hal wajar. Sehingga
jika seorang anak tertarik dengan konten kekerasan, sangat mungkin ia
sudah familiar menyaksikan adegan kekerasan di kesehariannya.
Apakah Gadget Mengganggu Kemampuan Sosialisasi Anak?
Sebenarnya tidak karena sosialisasi muncul dari adanya kesamaan minat.
Kalau dibilang gagdget mengganggu sosialisasi tidak benar juga karena
terkadang justru gadget menjadi syarat bergaul di lingkungan tersebut.
Misalnya, saat seluruh temannya menonton film kartun di YouTube, maka
si Kiddo pun jadi ingin menonton film yang sama juga supaya ia bisa
nyambung saat ngobrol dengan teman-temannya. Prinsipnya, manusia
membutuhkan kenyamanan bersosialisasi.
Nah, Mommies dan Daddies, semoga cuplikan materi seminar ini bisa
membantu mengurangi kegalauan seputar interaksi anak dengan gadget
ya! Diharapkan juga, dari sini orang tua harus bisa membentuk aturan
yang tepat untuk keluarga masing-masing guna mengontrol perilaku
penggunaan gadget pada si Kiddo.